Akustik Berkualitas Untuk Konser Musik
Pada tanggal 29 November 2009 saya mendapat kesempatan langka untuk menonton Music Odyssey of Addie MS. Sesuai dengan judulnya acara ini bercerita tentang perjalanan musik Addie MS yang dimulai dari membuat band bersama Ikang Fauzi, kemudian beralih profesi menjadi arranger musik.
Indra Bakrie yang melihat potensi yang dimiliki Addie MS mendorong Addie MS untuk membentuk orkes klasik yang awalnya ditolak oleh Addie MS. Karena menurut Addie MS tidak ada orang yang mau mendengarkan musik klasik. Namun karena kegigihan Indra Bakrie dan dukungan teman – teman akhirnya Addie MS bersedia membentuk Twilight Ochestra.
Music Odyssey of Addie MS ini digagas oleh teman-teman Addie MS sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya selama 30 tahun dalam memajukan dunia musik Indonesia dan juga bertepatan dengan hari ulang tahunnya.
Konser digelar di Plenary Hall Jakarta Convention Center. Plenary Hall sebenarnya adalah ruang konferensi bundar dan langit-langit berbentuk kubah besar dengan kubah kecil terbalik di tengah lingkaran. Ruangan ini memiliki faktor peredam gema yang cukup baik. Sebenarnya ruangan ini dari segi akustik tidak layak untuk menggelar pertunjukan musik klasik. Oleh karena itu dari pihak pengelola konser ini menggunakan sistem audio dengan speaker line array untuk mendistribusikan suara musik kepada penonton.
Classical orchestra Addie MS
Aula Konser Orkestra Klasik Addie MS
Panggung seperti yang kita lihat pada gambar di atas mulai dari lapisan paling belakang adalah deretan paduan suara, setelah itu lapisan kedua dari belakang adalah deretan orkestra perkusi, kemudian di depan lapisan perkusi adalah deretan alat musik tiup. Di bagian depan lapisan alat musik tiup dibagi menjadi 4 bagian yaitu bagian paling kiri adalah alat musik band yang komposisi bagian belakangnya adalah drum, bass elektrik, gitar elektrik dan piano elektrik. Di sebelah kanan adalah senar biola (treble). Di sebelah kanan agak depan adalah grand piano dan paling kanan adalah sekelompok alat musik petik cello (bass).
Lagu pertama yang saya dengar adalah nuansa jernih yang dibawakan oleh vokalis muda yang sedang naik daun bernama Vidi Aldiano dengan iringan piano oleh Addie MS dan Twilight Orchestra. Lagu selanjutnya adalah lagu yang dibawakan oleh Ikang Fawzi, Vina Panduwinata, Memes, Utha Likumahua, Citra Bunga Lestari. Nampaknya fase ini adalah fase dimana Addie MS bekerja keras di musik pop.
Setelah fase-fase musik pop mulai mengambil musik menjadi lebih serius ditandai dengan munculnya Twilight Chorus dan Tiga Soprano Indonesia, kemudian tenor Australia. Nampaknya susunan acara cukup ramai dimana acara hingga pukul 11.00 WIB belum ada tanda-tanda akan berakhir. Penonton mulai gelisah dan mulai pulang satu per satu. Harusnya masih ada suguhan musik yang disiapkan sebagai penutup pertunjukan musik ini namun penonton sudah tidak sabar untuk pulang karena sudah terlalu larut.
Bandingkan kinerja yang menggunakan penguatan audio dan tanpa amplifikasi audio
Adalah impian semua pecinta musik dan pecinta audio untuk mendengarkan suara musik aslinya. Salah satu cara mendengarkan musik seperti aslinya adalah mendengarkan konser klasik di gedung konser dengan akustik yang baik tanpa amplifikasi sistem audio. Jadi suara musik yang kita dengar adalah suara alat musik asli dan suara dari akustik bangunan. Praktis kualitas musik yang kita buat sangat ditentukan oleh kualitas akustik gedung konser. Sayangnya kualitas akustik JCC Plenary Hall tidak memenuhi syarat untuk pertunjukan musik tanpa amplifikasi audio.
Maka dalam tulisan ini saya ingin membahas perbedaan antara pertunjukan musik tanpa amplifikasi audio dengan pertunjukan musik dengan amplifikasi audio. Berikut adalah beberapa gambaran perbandingan pertunjukan musik yang tidak dipublikasikan secara nyata, jelas dan dinamis tanpa kompresi. Kami dapat menikmati setiap detail dari suara yang sempurna karena kurangnya sistem audio. Salah satu kelemahan pertunjukan tanpa amplifikasi adalah jika ruang pertunjukan banyak kebisingan kebisingan yang disebabkan oleh manusia dan sistem ventilasi udara atau mesin di sekitar ruangan. Kedua, jika show room tidak memiliki kualitas akustik yang memadai maka kualitas suara instrumen juga terdengar kurang baik.
Sedangkan pada acara musik Addie MS adalah pertunjukan musik dengan amplifikasi audio. Rasanya seperti mendengarkan suara speaker atau sistem audio dimana kita bisa merasakan karakter box speaker dengan karakter tweeter dan woofer, dinamika musiknya sedikit dikompres mulai dari microfon hingga amplifier. Suara musik asli bercampur dengan warna sistem audio. Sedangkan dari segi akustik saya merasakan frekuensi nada tinggi yang cenderung terserap oleh material peredam yang terdapat di ruangan ini. Sangat sulit bagi saya untuk menikmati kejernihan dan dentingan suara piano di acara itu.
Bandingkan kinerja yang menggunakan peningkatan audio dengan tayangan musik di perangkat home theater
Hal kedua yang ingin saya sampaikan kepada pembaca adalah perbedaan pertunjukan musik ini jika saya bandingkan dengan suara yang saya dengar melalui sistem home theater yang baik.
Perbedaan antara pertunjukan musik yang saya dengar sekarang dengan tayangan musik di perangkat home theater adalah musik di sistem home theater terdengar sangat padat dan resolusi instrumen tidak sebagus pertunjukan musik yang saya dengar hari ini.
Hanya sayangnya dalam pagelaran musik ini saya merasa hasil mixing masing – masing channel kurang seimbang
Dan kurang rapi. Misalnya, suara piano tenggelam dibandingkan dengan tingkat bagian senar, suara vokal tenggelam dibandingkan dengan suara drum dan bass. Singkatnya kenikmatan saya dalam mendengarkan musik yang dipentaskan oleh Addie MS tidak maksimal karena performa suara audio yang kurang optimal, kualitas akustik di ruang yang kurang memadai.
Kesimpulan
Kualitas audio dan kualitas akustik tidak bisa kita abaikan dalam menikmati suguhan musik, yang dapat memberikan kepuasan atau kekecewaan bagi para penggemar musik. Seperti yang pernah dikatakan Addie MS pada konser ini: “Saya sangat mendambakan dapat menampilkan pertunjukan musik saya di gedung konser yang layak untuk Indonesia. Namun sayangnya Indonesia tidak memiliki ruang yang layak untuk pertunjukan musik klasik”.
Maka saya menulis makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penggemar audio, penggemar home theater, penggemar musik dan orang-orang yang berprofesi sebagai audio engineer profesional, music director, Event Organizer dan sebagainya.
Salam,
Herwin Gunawan
Untuk konsultasi kualitas akustik, silahkan isi form berikut atau hubungi kami di:
ALTA Integra
Jl. Hayam Wuruk No. 2 R – S
Jakarta Pusat, 10120
Telp: 021 351 3 351
Fax: 021 345 8 143