Tujuan Pengukuran Ruang Akustik
Ruang Reproduksi Suara adalah ruangan yang digunakan untuk memutar ulang rekaman. Contoh reproduksi suara ruangan adalah : Ruang dengar Audiophile, Ruang Kontrol di Recording Studio, Home Theater dan lain – lain.
Ciri-ciri akustik ruangan yang baik adalah bahwa kedua ruangan reproduksi suara tersebut merupakan ruangan dengan karakteristik akustik yang natural. Pengertian natural berarti reproduksi suara yang dimainkan di dalam ruangan harus terdengar persis seperti rekaman master, yang artinya ruangan tidak memberikan bumbu tambahan.
Reproduksi suara ruangan dengan karakteristik akustik yang sangat baik akan menghasilkan reproduksi suara dengan keseimbangan nada yang akurat dan menampilkan gambar suara holografik.
Pengukuran reproduksi suara akustik ruangan bertujuan untuk mengetahui karakteristik akustik reproduksi suara ruangan. Pengukuran akustik objektif untuk menentukan apakah ruangan telah dirancang dan dibangun.
Parameter akustik yang diukur pada ruang reproduksi adalah: Room Response dan Reverberation Time.
Gambar 1. Foto Pengaturan Pengukuran
Respon Ruangan
Room Response merupakan respon frekuensi hasil pengukuran pada suatu titik. Karakteristik respon frekuensi pada titik pengukuran merupakan karakteristik suara yang berasal dari suara langsung dan karakteristik akustik ruangan. Room Response Reproduksi suara dalam ruangan dipengaruhi oleh Room Modes, Speaker Boundary Interference Response, Reflection dan Reverberation.
Berikut adalah beberapa untuk melihat hasil pengukuran respon ruangan pada reproduksi suara ruangan.
Gambar 2. Respon Impuls (tingkat waktu)
Gambar 3. Respon Impuls Dihaluskan 1/12 (tingkat frekuensi)
Gambar 4. Respon Impuls Dihaluskan 1/3 (tingkat frekuensi)
Gambar 5. Air Terjun 2 L efr (tingkat-frekuensi-waktu)
Waktu Gema
Ruangan menyerap energi suara dengan tingkat penyerapan yang berbeda – beda pada rentang frekuensi 20 – 20.000 Hz. Hal ini membuat setiap ruangan memiliki ciri khas gaung yang unik. Misalnya, jika ruangan dengan gaung panjang pada frekuensi tinggi tetapi lebih pendek pada frekuensi rendah, ruangan tersebut dapat digambarkan sebagai ruangan dengan karakter suara “tipis” atau “keras”.
Teori dengung yang diperkenalkan oleh Sabine biasa digunakan untuk menentukan karakteristik ruangan dengung. Rumus tersebut didasarkan pada asumsi distribusi reflektansi Reverberation Time pada ruangan secara merata dengan refleksi dari segala arah. Hasil pengukuran atau perhitungan besaran Reverberation Time ditampilkan dengan Reverberation Time (sec) dan besaran frekuensi (Hz). Grafik Reverberation Time biasanya digunakan untuk menganalisis karakteristik ruangan dengung.
Mode kamar memberikan kesulitan khusus ketika kita ingin menentukan karakteristik gaung sebuah ruangan kecil dengan metode pengukuran. Jadi jika kita melakukan pengukuran Reverberation Time di sebuah ruangan kecil pada frekuensi di bawah 300 Hz, kemungkinan besar yang diukur adalah peluruhan mode ruangan. Desain ruang akustik yang relatif kecil bila menggunakan data pengukuran atau perhitungan Waktu Gema pada frekuensi di bawah 300 Hz dapat menyebabkan kesalahan analisis.
Gambar 6. Waktu Gema
Analisis Pengukuran Ruang Akustik
Dari hasil pengukuran karakteristik akustik ruang reproduksi suara dilanjutkan dengan dua tahap kerja Analisis Karakteristik Akustik ruangan. Dari hasil analisis dapat diketahui apakah ruangan tersebut sudah memiliki karakteristik sangat baik, baik atau tidak cukup baik. Selain itu, dari hasil pengukuran dapat diketahui faktor desain yang dapat meningkatkan kualitas akustik pada ruangan.
References:
Everest, F. Alton and Ken C. Pohlmann. Handbook of Acoustics. 1981.
Cox, Trevor. Acoustics Absorbers and Diffusers. 2009